Hati-Hati Perbesar Otot Pakai Steroid!!
Terobsesi memiliki tubuh berotot bak 'pria sejati' membuat tak sedikit pria menempuh jalan pintas menggunakan steroid. Beberapa binaragawan pun menggunakan steroid dengan mengabaikan bahaya meskipun ia tahu betul risikonya.Steroid memang bisa membantu memperbesar otot, tapi efek sampingnya dapat membuat pria lebih mirip 'monster'.
Harga yang harus dibayar ketika menggunakan obat penguat ilegal ini cukup mahal, mulai dari pembesaran payudara pada pria, tubuh penuh dengan jerawat, testis menyusut dan bahkan kadang berakhir kematian.
"Produk ini bisa mengandung bahan-bahan yang tidak disetujui, yang menyebabkan masalah ginjal, gagal jantung atau kejang," jelas David Carter, Medicines and Healthcare Products Regulatory Agency, seperti dilansir Thesun, Senin (13/8/2012).
Salah satu pria yang sudah merasakan efek samping steroid adalah Ed 'Spyk' Gheur (49 tahun), seorang pensiunan pemain rugby profesional dari Brighton, yang telah menggunakan steroid setiap hari dari usia 16 sampai 34 tahun, ketika ia menderita serangan jantung.
Ia ingin berbagi pengalamannya untuk meningkatkan kesadaran pada bahaya penggunaan steroid secara ilegal dengan menuangkannya dalam sebuah buku berjudul 'A Naughty Thing Called Life by Papa Spyk'.
Dalam bukunya, ia menceritakan ketika berusia 16 tahun, ia diperkenalkan dengan steroid oleh seorang teman. Berkat itu, ia bisa latihan lebih keras dan lebih lama, ditambah otot yang membesar membuatnya digemari banyak wanita.
Ia pun mulai ketagihan. Sebagai pemain rugby profesional di Afrika Selatan, ia juga disuntikkan atau mengambil steroid oral setiap hari.
Akibatnya, ia mulai mengalami gynecomastia (pertumbuhan abnormal pada payudara pria) karena kelebihan estrogen dalam tubuhnya. Tak ingin malu, ia pun melakukan operasi untuk mengecilkan payudaranya.
"Saya juga punya jerawat yang mengerikan di punggung, serta testis saya menyusut hingga seukuran kacang," jelas Ed 'Spyk' Gheur.
Setelah pensiun dari rugby, ia menjadi model dan stuntman di AS. Ia segera menjadi kecanduan kokain, yang menelan biaya £ 300 (sekitar Rp 4,4 juta) per hari selama delapan tahun.
"Semuanya berubah di suatu malam pada tahun 1997 ketika saya sedang memasak makan malam untuk istri saya, dan jantung saya 'meledak'. Aortaku, pembuluh darah terbesar dalam tubuh, telah terbelah dua," kenangnya.
Ia harus menghadapi amputasi di tangan dan hampir semua organ di tubuhnya gagal berfungsi. Ia berada dalam keadaan koma selama satu bulan dan harus mendapatkan perawatan intensif selama dua bulan lebih. Ia pun memerlukan operasi lebih banyak untuk menggantikan aortanya dengan plastik.
Sang istri meninggalkannya karena telah diberitahu ia mengalami mati otak dan lumpuh.
Ed menghabiskan dua tahun di tempat tidur untuk memulihkan diri, membutuhkan perawatan sepanjang waktu, lima tahun di kursi roda dan sangat lambat untuk belajar berjalan lagi.
"Yang saya inginkan sekarang adalah untuk berbagi cerita saya, sehingga orang lain tidak melakukan apa yang saya lakukan," tutupnya.
0 comments:
Post a Comment