Terharu bercampur geram mendengar berita
melalui salah satu stasiun televisi swasta sekitar pukul 12.30 siang
(28/9) tentang ditemukannya kembali Cello, bayi berusia 4 hari yang
sempat hilang hampir dua minggu dari sebuah rumah sakit Siti Zahroh,
Tambun, Kabupaten Bekasi (15/9).
Cello dibawa oleh seorang wanita
muda yang menggunakan seragam perawat rumah sakit itu saat ditinggal
ibunya sejenak ke toilet dan menitipkan pada saksi yaitu salah satu
orang tua pasien yang sekamar dengannya.
Saat Syifa ke kamar mandi itulah
suster gadungan itu mengambil Cello. Perawat gadungan itu menyampaikan
kepada saksi mata bahwa Cello akan diperiksa sebentar saja sebelum
pulang dengan ibunya.
Terharu karena ibu si bayi bahagia
tak terkira “merasa” menemukan kembali bayinya yang baru dilahirkan
(12/9) di klinik tersebut dua minggu lalu karena dilarikan oleh
penculiknya yang menyamar sebagai suster atau perawat bayi di klinik
bersalin tersebut.
Frase dalam tanda petik “merasa”
yang disampaikan di atas memang demikian, karena berdasarkan pengakuan
sang ibu tentang Cello memiliki beberapa kesamaan umum pada bayi lainnya
(sehingga memerlukan uji DNA), yaitu :
- Bentuk wajahnya
- Warna kulitnya
- Rambutnya
- Suara tangisannya
Meskipun keseluruhan ciri-ciri disebut
di atas sangat bersifat umum karena pada umumnya setiap bayi hampir
mempunyai kesamaan, seperti tangisannya melengking atau rambutnya yang
baru sedikit, kita dapat memberikan gambaran betapa bahagianya Syifa
Maisyatul dan Jaja Nudiansyah, orang tua bayi itu dan tentu juga Cello ,
si bayi itu sendiri.
Geram, karena sindikat pencuri bayi
semakin ganas dan berani hingga masuk ke dalam rumah sakit dan mengambil
anak-anak bayi yang sedang digendong ibunya atau ditinggalkan sejenak
oleh ibunya. Penculik semakin kreatif dengan menyamar sebagai perawat
rumah sakit.
Bagaimana caranya agar para ibu yang
baru bersalin tidak tertukar atau kehilangan bayinya? padahal informasi
mengenai hal tersebut telah berulang kali diberitakan oleh berbagai
media massa. Bahkan klinik bersalin pun mempunyai tatacara pengelolaan
agar tidak terjadi kasus-kasus yang tidak diinginkan seperti yang
terjadi pada Cello.
Akan tetapi mengapa hal ini sering
terjadi? Banyak kalangan menduga adanya jaringan penculik yang bebas
hilir mudik dan bekerjsama dengan pihak klinik. Dugaan ini jelas
emosional meskipun kejadian itu beberapa kali terjadi di sebuah rumah
sakit, klinik atau puskesmas.
Lihatlah beberapa rekaman jejak penculikan bayi atau kehilangan bayi yang baru saja dilahirkan di rumah sakit berikut ini :
- Alifa Zahra Amalia, bayi perempuan yang baru berusia 3 hari hilang dari RSU Banjar, Jawa barat pada 15 September 2012. Alifa buah hati Oom Komariah, dua hari kemudian ditemukan. Bayangkan, betapa hancurnya hati Oom saat merasakan cemas yang tiada tara akibat ulah penculik tak beradab tersebut.
- Nyonya Ona terpaksa kehilangan dua bayi kembarnya sekaligus dari Rumah Sakit Al-Falah, Ambon pada 25 September 2010 lalu karena terlalu percaya dengan seorang wanita yang baru dikenalnya di klinik tersebut sehari setelah melahirkan. (Sumber ; http://www.kampungtki.com/baca/19723).
- Bayi laki-laki yang baru saja dilahirkan ibunya (Murtanti) belasan jam sebelumnya di Puskesmas Kembangan, Jakarta Barat hilang dari pangkuan ibunya pada 8/1/2010. Seseorang perawat wanita bergaya profesional menawarkan jasa imunisasi dan membawa bayi itu ke ruang pemeriksaan. Hingga kini tidak diketahui nasibnya. Dapatkah anda bayangkan betapa hancurnya keluarga terutama Murtanti akibat ulah sindikat tidak berperikemanusiaan tersebut?
- Kasus tertukar bayi pun sering terjadi, salah satunya pernah terjadi di RSU Muntilan, Jawa Tengah. Bayi yang dilahirkan oleh Atun sehari sebelumnya adalah laki-laki dan telah mendapat surat keterangan dari RS. Akan tetapi setibanya di rumah ternyata bayi yang dibawa pulang itu berjenis kelamin wanita dan akhirnya diberi nama Alfina Nur Idatun. Sumber : http://regional.kompas.com
Tentu masih banyak kisah sedih akibat
ulah para sindikat penculikan bayi yang memberi dampak trauma seumur
hidup kepada orang tua yang menjadi korban penculikan atau tertukar
bayi. Bahkan di sebuah rumah sakit tercanggih sekalipun seperti di Arab
Saudi, seorang ibu kehilangan bayinya .
Syahd yang baru saja dilahirkan di
sebuah rumah sakit Angkatan Bersenjata Arab Saudi pada 18 Februari 2008
juga hilang. Padahal rumah sakit tersebut memiliki sistim penanganan
lebih baik dan profesional. Keluarga si bayi tersebut menawarkan hadiah
267 ribu dolar AS bagi yang menemukan bayi tersebut. Tidak diketahui
perkembangannya hingga saat ini, apakah Syahd telah ditemukan kembali
apa tidak. Sumber : http://musakazhim.wordpress.com/
Berdasarkan gambaran di atas,
siapakah yang paling bertanggung jawab atas peristiwa hilangnya bayi di
klinik atau di rumah sakit? Rasa-rasanya tak ada yang mau disalahkan
meskipun hampir merata setuju menyebutkan pihak kliniklah yang
seharusnya paling bertanggung jawab.
Akan tetapi akan lebih bijaksana
lagi jika kita mampu menghindar dan mengeleminir resiko kehilangan atau
tertukar bayi. Berikut ini ada beberapa tips penting yang perlu diingat
untuk mengeliminir resiko kehilangan atau tertukar bayi adalah sebagai
berikut :
- Jangan mempercayakan bayi yang baru dilahirka kepada orang lain atau baru dikenal.
- Usahakan ditemani oleh keluarga terdekat.
- Meskipun ruang perawatan bayi dengan ruang pasien persalinan berbeda tempatnya usahakan ada keluarga terdekat yang melihatnya sewaktu-waktu.
- Mintalah kepada rumah sakit atau klinik bersalin tanda-tanda khusus tentang bayi masing-masing.
- Pihak pengelola klinik atau rumah sakit bersalin jika tidak ingin dianggap sebagai pihak yang bersalah karena lalai menjaga bayi pasiennya segeralah mengubah kualitas dan majemen penjagaan keamanan dan perawatan bayi, karena bagaimana pun juga pihak klinik, rumah sakit atau puskesmas memang harus bertanggung jawab keselamatan bayi yang dilahirkan di tempatnya.
Selain itu, apa dan bagaimana sikap kita
dan polisi dalam menghadapi penculik anak dan bayi? Polisi haruslah
sigap dan cekatan bereaksi. Lihatlah seperti yang terjadi pada kasus
penculikan anak Oom. Polisi berhasil menemukan kembali sang bayi.
Pada kasus penculikan anak usia 2
tahun (Zahfa Fatiya Mubarok) pada 5/9/2012 lalu polisi dibantu
masyarakat juga berhasil menemukan bayinya dalam waktu dua hkaru. Selain
itu, penculiknya Meta alias Popon yang baru dua minggu bekerja di
rumah Neneng Atiyatul Faizia berhasil diciduk.
Meskipun demikian tentu masih banyak “pekerjaan rumah” atau PR untuk polisi agar bekerja lebih otpimal dan lebih sigap menangani sindikat penculikan bayi dan anak.
Di luar itu, diharapkan efek jera
harus ditingkatkan kepada para penculik anak dan bayi berserta
sindikatnya. Berikan hukuman yang keras dan seberat-beratnya bahkan
tanpa belas kasihan kepada sindikat penculik anak dan bayi, sama seperti
mereka memperlakukan orang tua dan korban penculikannya tanpa belas
kasihan hanya karena alasan-alasan yang tidak ada kaitannya sama sekali
dan bertentangan dengan tolok ukur manusia yang berbudi luhur dan
beradab.
0 comments:
Post a Comment